BEBERAPA ISTILAH KONSEP, ISTILAH DAN
DEFENISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Definisi teknologi pendidikan pada awal tahun 1920 dipandang sebagai
media. Akar terbentuknya pandangan ini terjadi ketika pertama kali diproduksi
media pendidikan pada awal abad dua puluhan. Media ini, sebagai media
pembelajaran visual yang berupa film, gambar dan tampilan yang mulai ramai pada
tahun 1920. definisi formal pembelajaran visual terfokus pada media yang
digunakan untuk menampilkan sebuah pelajaran. Pandangan ini berlanjut sampai
1950.
Tahun 1960 dan 1970 Teknologi Pendidikan diapandang sebagai suatu
proses.Awal tahun 1950, khususnya selama tahun 1960 dan 1970 sejumlah ahli
dalam bidang pendidikan mulai mendiskusiakan teknologi pendidikan dalam suatu
yang berbeda. Mereka membahasnya sebagai suatu proses. Contohnya Finn (1960)
mengatakan bahwa teknologi pendidikan harus dipandang sebagai suatu cara untuk
melihat masalah pendidikan dan mneguji kemungkinan solusi dari masalah
tersebut. Sedangkan Lumsdaine (1964) mengatakan bahwa teknologi pendidikan
dapat dijadikan aplikasi ilmu pengetahuan pada praktek pendidikan. Pada tahun
1960an dan 1970 banayak definisi teknologi pendidikan yang dipandang sebagai
suatu proses.
Definisi
1963
Di tahun 1963, definisi teknologi pendidikan digambarkan bukan hanya
sebagai sebuah media. Definisi ini (Ey, 1963) menghasilkan dengan suatu komisi
pengawas yang dibentuk olep Departemen Pendidikan Audiovisual (sekarang dikenal
sebagai Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan). Hal ini merupakan suatu
hal yang berangkat dari pandangan “tradisional” terhadap teknologi pendidikan.
Definisi kini lebih memusat pada desain pembelajaran dan penggunaan media
sebagai pengendalian proses belajar (p. 38). Lebih dari itu pengertian kini
lebih menganali serangkaian langkah-langkah penerapan, perancangan, dan
penggunaan. Langkah-langkah ini mencakup perencanaan, produksi, pemilihan,
pemanfaatan, dan manajemen. Perubahan disini mencerminkan bahwa, bagaimana
lingkungan dan kemajuan zaman dapat mengubah sebuah definisi dan praktek dari
teknologi pendidikan.
Definisi
1970
Definisi selanjutnya merupakan definisi tahun 1970-an yang dikeluarkan
oleh Komisi Pengawas Teknologi Pendidikan. Komisi pengawas ini dibentuk dan
dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menguji permasalahan dan manfaat
potensial yang berhubungan dengan teknologi pendidikan di sekolah-sekolah. Teknologi
pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan
mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk
tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar
dan komunikasi pada manusia dan mengunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari
manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Jadi
menurut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar
suatu pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara
mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori
komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang
bersifat manusia maupun non manusia, dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah
ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber
belajar.
Definisi
1977
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegerasi meliputi
orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisa masalah dan
merancang. Melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala
aspek belajar manusia.
Definisi
1994
Teknologi instruksional adalah praktek dalam mendesain, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola dan menilai proses-proses maupun sumber-sumber balajar.
Definisi ini lebih operasional dari pada rumusan tahun 1977 yang terlalu rumit,
definisi ini menegaskan bahwa adanya lima dominant teknologi pembelajaran,
yaitu kawasan desain, kawasan pengemabangan, kawasan pemanfaatan, kawasan
pengelolaan, dan kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar,
seorang teknolog pembelajaran bias saja memfokuskan bidang garapannya dalam
salah satu kawasan tersebut. Definisi baru : menyatakan peran media, desain
pembelajaran sistematis, dan pendayagunaan teknologi.
Bidang teknologi dan desain pembelajaran mencakup analisis pembelajaran
dan pencapaian masalah serta rancangan, pengembangan, pemanfaatan, evaluasi,
manajemen, pembeljaaran, proses non pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian
pelajaran dalam berbagai peraturan, bidang pendidikan dan tempat kerja. Para
ahli bidang desain pembelajaran dan teknologi sering menggunakan prosedur
desain pembelajaran yang sistematis dari berbagai media pembelajaran untuk
menyelesaikan tujuan mereka.Definisi ini menggaris bawahi dua praktek yaitu
penggunaan media untuk tujuan pendidikan dan penggunaan prosedur desain
pembelajaran yang sistematis.
Mengapa kita menyebutnya desain pembelajaran dan teknologi ? . Definisi
berbeda dari yang sebelumnya. Lebih mengacu pada bidang desain pembelajaran dan
teknologi dibandingkan dengan teknologi pembeljaaran. Mengapa kebanyakan
individu menggambarkan istilah teknologi pembelajaran dengan komputer, video,
OHP, dan segala jenis hardware dan software lainnya yang berhubungan dengan
media pembelajaran. Dengan kata lain banyak individu yang menyamakan teknologi
pembelajaran dengan desain pembelajaran. Praktek desain pembelajaran sudah
meletus sehingga banyak digunakan oleh individu yang menyebut diri mereka
perancang pembelajaran.
LANDASAN FALSAFAH
DAN TEORI TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
A. MENGAPA
LANDASAN FILSAFAT TEKNOLOGI PENDIDIKAN PERLU DIPERSOALKAN ?
Setiap cabang
ilmu membutuhkan dasar/patokan sebagai pembenaran. Dalam falsafah ilmu, setiap
pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh yang
didukungnya yaitu Ontologi (apa) yaitu rumusan gejala pengamatan pada suatu objek
telaah, yang tidak digarap bidang telaah lain, Epistemiologi (bagaimana) yaitu usaha untuk memperoleh kebenaran
dalam objek telaah dan Aksiologi
(untuk apa) yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari objek telaah.
Sejumlah asumsi dimunculkan sebagai dasar patokan
pembenaran untuk menentukan gejala yang diamati yaitu :
·
Ilmu
pengetahuan berkembang pesat, dengan implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti
perkembangannya.
·
Pertambahan
jumlah penduduk, implikasi semakin banyak yang membutuh pendidikan.
·
Perubahan
sosial, ekonomi, politik, industri, dan budaya, implikasi re-edukasi pendidikan
( terus menerus)
·
Budaya
dan penyebaran teknologi semakin luas, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
·
Semakin
terbatasnya sumber tradisional, menuntut adanya sumber baru dan pemanfaatan
sumber terbatas secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dari serangkaian implikasi yang muncul dari asumsi
diatas, maka diperlukan suatu telaah khusus, hal ini dijadikan
telaah/penggarapan dalam teknologi pendidikan yang tidak digarap dalam bidang ilmu
lain. Itulah yang menjadi alasan mengapa landasan teknologi pendidikan perlu
dipersoalkan.
B. KEBENARAN
HAKIKI FILSAFAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dalam teknologi pendidikan, kebenaran hakiki
komponen filsafah pengetahuan dikaitkan dengan pertanyaan
·
apa yang menjadi objek telaah
teknologi pendidikan?(wujud
objek telaah)
·
Sampai dimana ruang lingkup objek
telaah,?(penggarapan
objek telaah)
·
Apakah masih dimungkinkan adanya
telaah baru?
(hasil penggarapan objek telaah)
a.
Wujud Objek Telaah
Dalam ilustrasi revolusi
pendidikan (Sir Eric Ashby, 1972), dijelaskan revolusi pendidikan dibagi 4,
yaitu:
·
Revolusi
ke-1, orangtua menyerahkan tanggungjawab pendidikan anak kepada orang lain yang
ahli.
·
Revolusi
ke-2, pembelajaran menggunakan bahasa lisan/tulisan, kegiatan pendidikan
dilembagakan.
·
Revolusi
ke-3, muncul media cetak, terjadi karena guru ingin mengajarkan lebih banyak
siswa dan lebih cepat, sementara itu kemampuannnya makin terbatas hingga perlu
menggunakan media.
·
Revolusi
ke-4, muncul media elektronik. Pada saat ini, teknologi dan media dalam dunia
pendidikan berkembang pesat. Pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak
didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutanya akan diperoleh si
pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran. Hal ini
memunculkan gejala-gejala baru, yaitu:
1.
Adanya
berbagai macam sumber belajar termasuk orang, pesan, media, alat, metode, dan
lingkungan.
2.
Perlunya
sumber tersebut dkembangkan, baik secara konseptual maupun secara factual.
3.
Perlu
dikelolanya kegiatan pengembangan maupun sumber-sumber belajar untuk belajar
Ketiga hal diatas merupakan ruang
lingkup wujud objek penelaahan (landasan ontologi), teknologi pendidikan.
b.
Penggarapan Objek Telaah
Teknologi
pendidikan merupakan bidang garapan yang tidak dilakukan dalam disiplin ilmu
lain. Pada ilmu pendidikan, ilmu komunikasi, ilmu perilaku dan ilmu lainnya,
objek penggarapan telaah terpisah-pisah, sementara teknologi pendidikan
memandang bahwa semua komponen teori, model, konsep, dan prinsip dari semua ilmu digabung secara sistematik dan sistemik
agar diperoleh daya guna dan hasil guna yang optimal.
Usaha yang sistematik dan
sistemik diawali dengan menganalisis masalah, kemudian merancang, memproduksi,
memamfaatkan, menilai, memperbaiki dan mengelola keseluruhan proses kegiatan
secara terintegrasi, sehingga diperlukan pendekatan baru dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
·
Keseluruhan
masalah belajar dan upaya pemecahannya dikelola secara simultan.
·
Unsur
yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik.
·
Penggabungan
proses kompleks di atas harus mengandung daya lipat.
Ketiga ciri diatas merupakan teknik
intelektual yang unik dan dihimpun
menjadi penggarapan objek telaah (landasan epistimologi) teknologi pendidikan.
c.
Hasil Penggarapan Objek Telaah
Dari dua landasan
yang telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, dirumuskanlah kegunaan potensial
teknologi pendidikan yaitu perluasan dan pemerataan kesempatan belajar,
meningkatkan mutu pendidikan, penyempurnaan sistem pendidikan, peningkatan partisipasi
masyarakat, dan penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan
pembangunan. Hal inilah yang merupakan hasil
dari penggarapan objek telaah (landasan aksiologi) teknologi pendidikan
sebagai suatu disiplin ilmu
d.
Rumusan filsafat teknologi pendidikan
“agar
setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan
organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan yang sistematik dan sistemik
atas proses, sumber dan system belajar sedemikian rupa agar tercapai efisiensi,
efektivitas dan keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan,
kearah terbentuknya masyarakat belajar”
e.
Wujud penerapan filsafat
teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Filsafat teknologi pendidikan
telah terwujud dalam sistem pendidikan di Indonesia, wujudnya sebagai berikut :
·
Pada
masa kemerdekaan tahun 1950, untuk mengatasi kesempatan belajar para pejuang
yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tergabung dalam pasukan
tentara, maka dihadirkanlah siaran radio untuk menyajikan bahan pelajaran,
didirikan Balai Kursus Tertulis Pengembangan Guru, Balai Alat Peraga Pendidikan
yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis
·
Pada
awal orde baru, dalam PELITA I telah dicantumkan secara eksplisit kebijakan
menggunakan radio dan televisi untuk
peningkatan mutu dan pemerataan kesempatan pendidikan, sebagai contoh program
pendidikan karakter melalui serial televisi ACI ( Aku Cinta Indonesia = amir,
cici, ito)
·
Dalam
periode pembangunan selanjutnya, berbagai bentuk penerapan teknologi pendidikan
berkembang pesat. Penerapan berupa pola / sistem pendidikan yang inovatif,
contohnya sebagai berikut :
a.
Sistem
pendidikan terbuka / jarak jauh (SLTP Terbuka, Madrasah Tsanawiyah Terbuka,
Universitas Terbuka, Program KEJAR Paket A dan B)
b.
Proyek
pendidikan melalui satelit ( Rural
Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia Timur
c.
Penggunaan
siaran radio untuk penataran guru, sitem belajar mandiri untuk meningkatkan
kualitas guru yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan
pelatihan
d.
Sistem
pelatihan jarak jauh yang pengembangannya dikoordinasikan oleh Indonesian Learning Work (IDLN) dan SEAMOLEC
( SEAMO Open Learning Center ) berkedudukan di Pustekom Diknas
e.
Teknik
/strategi pembelajaran untuk belajar pemecahan masalah dan belajar aktif (problem solving and active learning
strategies and techniques)
Beberapa
bentuk penerapan ada yang sudah berhenti dikarenakan berbagai alasan kebijakan
maupun pendanaan. Akan tetapi penerapan teknologi pendidikan yang telah
berlangsung, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan itu masih
harus ditingkatkan lagi untuk menjangkau seluruh sektor pendidikan pada semua
jenis, jalur dan jenjang pendidikan termasuk pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia
Teori pembelajaran dan
pengajaran
Tugas utama
seorang pengajar atau guru adalah untuk memudahkan pembelajaran para
pelajar. Untuk memenuhi tugas ini, pengajar atau guru bukan sahaja harus dapat menyediakan suasana pembelajaran yang menarik dan
harmonis, tetapi mereka juga menciptakan pengajaran yang berkesan. Ini bermakna
guru perlu mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat meransangkan minat
pelajar di samping sentiasa memikirkan kebajikan dan keperluan pelajar.
Dalam sesi
pembelajaran, guru kerap berhadapan dengan pelajar yang berbeza dari segi
kebolehan mereka. Hal ini memerlukan kepakaran guru dalam menentukan strategi
pengajaran dan pembelajaran. Ini bermakna, guru boleh menentukan pendekatan,
memilih kaedah dan menetapkan teknik-teknik tertentu yang sesuai dengan
perkembangan dan kebolehan pelajar. Strategi yang dipilih itu, selain
berpotensi memeransangkan pelajar belajar secara aktif, ia juga harus mampu
membantu menganalisis konsep atau idea dan berupaya menarik hati pelajar serta
dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
Perlunya guru
menarik perhatian pelajar dalam sesuatu pengajaran, aktiviti-aktiviti yang
dipilih hendaklah yang menarik dan mempunyai potensi yang tinggi untuk
membolehkan isi pelajaran dan konsep-konsep yang diterjemahkan secara jelas.
Aktiviti harus boleh mempengaruhi intelek, emosi dan minat pelajar secara
berkesan.
Dalam merancang
persediaan mengajar, aktiviti-aktiviti yang dipilih perlu mempunyai urutan yang
baik. Ia perlu diselaraskan dengan isi kemahiran dan objektif pengajaran.
Lazimnya aktiviti yang dipilih itu adalah gerak kerja yang mampu memberi
sepenuh pengaruh terhadap perhatian, berupaya meningkatkan kesan terhadap
intelek, ingatan, emosi, minat dan kecenderungan serta mampu membantu guru
untuk menjelaskan pengajarannya.
Dalam merancang
aktiviti mengajar yang berkesan dan bermakna kepada para pelajar, guru haruslah
memikirkan terlebih dahulu tentang kaedah dan teknik yang akan digunakan.
Pemilihan strategi secara bijaksana mampu menjamin kelicinan serta keberkesanan
penyampaian sesuatu subjek atau modul.
Di antara kaedah dan teknik yang boleh digunakan oleh guru ialah :
- Kaedah sumbang saran
- Kaedah tunjuk cara (demonstrasi)
- Simulasi atau kaedah pengajaran kumpulan
- Kaedah perbincangan atau kaedah penyelesaian masalah
- Kaedah oudioligual
- Kaedah kodkognetif
- Kaedah projek
Penggunaan
kaedah dan teknik yang pelbagai akan menjadikan sesuatu pengajaran itu menarik
dan akan memberi ruang untuk membolehkan pelajar terlibat secara aktif dan
bergiat sepanjang sesi pengajaran tanpa merasa jemu dan bosan. Dalam pengajaran
dan pembelajaran, terdapat beberapa kaedah dan teknik yang berkesan boleh
digunakan oleh guru. Oleh yang demikian pemilihan terhap kaedah dan teknik
pelulah dilakukan secara berhati-hati supaya cara-cara ini tidak menghalang
guru melaksanakan proses pembentukan konsep-konsep secara mudah dan berkesan.
Kaedah projek yang diasaskan oelh John Deney misalnya, menggalakkan pelajar
mempelajari sesuatu melalui pengalaman, permerhatian dan percubaan. Pelajar
merasa seronok menjalankan ujikaji aktiviti lain yang dilakukan dalam situasi
sebenar dan bermakna. Biasanya kaedah ini memberi peluang kepada pelajar
menggunakan kemudahan alat deria mereka untuk membuat pengamatan dan
penanggapan secara berkesan. Dari segi penggunaan teknik pula, guru boleh
menggunakan apa sahaja teknik yang difikirkan sesuai sama ada teknik menerang,
teknik mengkaji, teknik penyelesaian mudah, teknik bercerita dan teknik
perbincangan. Penggunaan contoh-contoh adalah asas dalam pengajaran dan
pembelajaran. Hal ini kerana ia dapat melahirkan pemikiran yang jelas dan
berkesan. Biasanya seorang guru menerangkan idea-idea yang komplek kepada
sekumpulan pelajar, guru itu dikehendaki memberi contoh-contoh dan iluktrasi.
Idea yang abstrak, konsep-konsep yang baru dan susah, lebih mudah difahami
apabila guru menggunakan contoh-contoh dengan ilutrasi yang mudah dan konkrit.
Misalnya, dalam bentuk lisan iaitu dengan mengemukakan analogi, bercerita,
mengemukakan metafora dan sebagainya. Contoh-contoh boleh juga boleh
ditunjukkan dalam bentuk visual, lakaran, ilustrasi dan lain-lain.
3. Memory
- Address three pressing problem you have faced in your class and solve these problem based on what you now know about Memory.
Kesediaan
belajar antara seorang individu dengan seorang individu yang lain biasnya tidak
setara. Ini kerana tahap atau proses pertumbuhan atau perkembangan mereka tidak
sama dan searah. Walaupun terdapat semacam satu kecenderungan yang sama dalam
pertumbuhan mereka tetapi fizikal, mental, emosi dan social mereka tetap
berbeza. Biasanya hal-hal seperti inilah yang banyak menimbulkan masalah kepada
guru, sama ada pada peringkat kesediaan perancangan atau pada peringkat
melaksanakan pelajaran mereka. Masalah perbezaan kesediaan belajar boleh
dikaitkan daripada tiga sudut pandangan dari segi kematangan a. kematangan
fizikal b. kematangan intelek c. kematangan emosi
a. Kematangan fizikal Pekembangan
pada fizikal manusia pada amnya, menunjukkan kecekalan yang tinggi. Namun
begitu, perbezaan yang besar antara mereka. Guru-guru perlu berhati-hati
terhadap perbezaan yang wujud di kalangan pelajar. Dalam konteks kesediaan
belajar, perhatian terhadap corak pertumbuhan dan perkembangan fizikal seperti
ini adalah amat penting. Pengetahuan tentang apa yang dijangkakan akan berlaku
dalam pertumbuhan perkembangan normal berupaya membantu guru menyediakan asas
pembelajaran. Perkembangan teknik dan kaedah pengajaran dan penggunaan alat
Bantu mengajar. Jika berlaku penyimpangan terhadap cirri-ciri yang normal di
kalangan pelajar, guru harus mampu menghadapinya. Guru sepatutnya boleh membuat
apa sahaja penyesuaian yang berfaedah. Tindakan berhati-hati daripada guru ini
boleh memajukan lagi perkembangan potensi semula jadi pelajar.
b. Kematangan intelek (mentel)
Kebolehan mental ditakrifkan sebagai kebolehan mentafsir deria (persepsi),
kebolehan membina bahan-bahan yang tidak ada pada deria (imagenasi), kobolehan
untuk mengingati kembali apa yang telah dialami (ingatan) dan kebolehan
meneruskan kesimpulan tentang hal-hal yang diprolehi daripada pengalaman
ataupun yang abstrak. Kematangan intelek tidak mempunyai hadnya. Biasanya, ia
menunjukkan kemajuan, iaitu bermula daripada kegiatan mental yang paling mudah
bergerak kepada proses mental yang lebih kompleks. Pertumbuhan inteleks
seseorang itu dapat ditentukan pada tahapsejauh manakah kemajuan itu berada.
Dalam hubungannya dengan kesediaan belajar, perubahan-perubahan perkembangan
dalam keupayaan intelek seperti ini patutlah diberi perhatian. Walaupun
perkembangan intelek itu merupakan proses yang berlaku secara
berperingkat-peringkat dan berterusan, namun proses ini tidak sama bagi semua
pelajar. Memang terdapat kecenderungan am yang sama dalam kalangan mereka yang
sedang menjelani proses kematangan tetapi kadar pertumbuhan adalah
berbeza-beza. Oleh yang demikian, mereka yang bertanggungjawabdengan
pembelajaran dan pengajaran perlulah mengambil kira perbezaan-perbezaan ini dan
memikirkan dengan teliti fakta ini sebelum merancang dan seterusnya
melaksanakan tugas mereka dalam kelas.
c. Kematangan Emosi Emosi
menggambarkan satu kaedaan yang dikaitkan oleh dorangan-dorongan melalui satu
cara tertentu. Ia melibatkan gangguan dalaman yang meluas dan mengandungi nada
perbezaan atau berbagai-bagai darjah kepuasan dan gangguan . Ahli-ahli
psikologi dan fisiologi sependapat bahawa emosi melibatkan perasaan, gerak hati
dan tindak balas fisiologi. GGGerak hati atau desakan dalaman yang mengarahkan
sesuatu jenis pelakuan mungkin terjadi dalam perbagai gabungan dan peringkat,
secara umum, emosi dapat diertikan sebagai suatu pengalaman yang penuh perasaan,
yang melibatkan penyalarasan dalaman secara am dengan keadaan mental dan
fisiologi yang bergerak dalam diri individu dan kemudiannya diperlihatkan dalam
bentuk tingkah laku yang nyata. 4. Metacognition - What is your reaction to the
video on metacognition? - Explain in your own words three or more benefits of
applying metacognition in your classes AND - How would you apply metagnition in
your classes?
Metacognition
dapatlah ditafsir sebagai elemen yang mempunyai kaitan rapat dengan kesedaran
tentang proses yang dilaksnankan secara berfikir. Menurut Bronw (1980)
metacognition’ adalah merupakan ilmu pengetahuan atau kesedaran yang terdapat
kepada seseorang yang membolehkannya. Gadner (1992) berpendapat kebolehan
mengawal proses berfikir ini adalah dipengaruhi oleh umur dan pengalaman
seseorang. Seorang pelajar lebih tua dari segi umur dan tinggi dari aspek
persekolahan boleh menyedari, mengawal dan mengamalkan starategi berfikir
berhubung dengan satu-satu masalah lebih baik daripada pelajar yang muda dan rendah
tahap persekolahannya. Boyer dalam model ‘ Functional Thinking’ nya menyatakan
lebih jelas bahawa ‘ Metacognition adalah merangkumi kebolehan seseorang,
merancang (planning), memantau (monitoring). Dan menilai (assessing)
satu-satunya keputusan atau idea yang hendak diutarakan “Boyer menjelaskan
bahawa ‘metacognatinion’ terletak di luar kebolehan berfikir (cognition) itu
sendiri. Menurutnya “ Metacognative operations are applied to the strategies
and skill used to produce meaning rather then diretctly to data and experience.
Metacognation seeks to control these meaning-making aperations by which one
seeks to make meaning”. Dengan ini ini metacognition dapatlah disimpulkan
sebagai kebolehan seseorang dalam mengaplikasikan startegi yang betul dalam
proses melahirkan idea tetapi bukannya buah fikiran yang dilahirkan atau bukan
hasil sebenar berfikit itu sendiri. Seseorang yang ingin menyelesaikan satu
masalah ekonominya terpaksa mengalami proses merancang , memantau, menilai
keputusan yang akan dibuat. Proses merancang, memantau dan menilai ini ada
kaitan langsung dengan keputusan yang akan dibuat atau diambil dalam
penyelasaian masalah tersebut.
Terdapat
kebaikkan dalam mengaplikasikan Matacognitive: 1. Kaedah perbincangan Dalam
aktiviti pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas terdapat banyak topic
sesuai disampaikan melalui sesi perbincangan khasnya bagi kursus bahasa. Di
antara topik-topik yang sesuai dibincangkan topic isu semasa, program pelajar
dan sebagainya. Kaedah ini melibatkan aktiviti perbualan di antara guru dan
pelajar-pelajar dalam kelas atau satu jenis aktiviti pembelajaran secara
bertukar-tukar fikiran atau idea serta berkongsi maklumat tentang sesuatu
perkara. Para pelajar harus diberitahu cara-cara dan peraturan-peraturan
perbincangan terlebih dahulu. Ini bertujuaan agar aktiviti perbincangan lancer,
teratur dan tidak terpesong daripada tujuan. Pada akhir perbincangan, idea-idea
haruslah dirumuskan. Rumusan ini kan digunakan untuk membuat ulasan
perbincangan.
2. Proses pembelajaran melalui
proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsure
utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, iaitu
pemerhatian (attention), mengingati (retention), re,produksi (reproduction),
dan penangguhan (re inforcement) motivasi (motivion). Implikasi daripada kaedah
ini keberkesanan pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa
cara yang berikut: • Penyampaian harus cekap dan menarik • Demonstasi guru
hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat • Hasilan guru atau contoh-contoh
seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi
3. Pembelajaran, ingatan, dan
lupaan Pembelajaran merupakan sesuatu proses psikologikal dalaman. Sama ada ia
belaku tidak akan dapat diperhatikan atau diukur secara langsung. Apa yang kita
ukur ialah ingatan selepas pembelajaran sahaja. Oleh itu, ingatan hanya boleh
dianggap gambaran atau praktikal pembelajaran. Walaupun, ingatan boleh mewakili
pembelajaran, kualiti ingatan dan lupaan ialah tiga proses yang saling
berkaitan serta saling berpengaruhi antara satu sama lain. Berikut
mengilustrasikan secara ringkas peringkat-peringkat perkaitan pembelajaran,
ingatan dan lupaan. Rajah 1: peringkat-peringkat perkaitan pembelajaran,
ingatan dan lupaan.
Berdasarkan uraian-uraian pengertian ingatan di atas maka bolehlah dirumuskan bahawa
ingatan merupakan proses kebolehan manusia untuk menerima maklumat, memproses
dan menyimpanya dalam otak, kemudian mengeluarkannya ketika perlu.Berdasarkan
daripada tiga kaedah penyampaian yang digunakan tadi, proses pembelajaran dan
pengajaran yang dilaksanakan akan lebih terancang dan berkesan.
Apabila guru menggunakan kaedah
ini untuk proses pengajaran dan pembelajaran secara tidak lansung akan
meningkatkan kemahiran pelajar dalam pangajaran dan pembelajaran. Dalam suasana pengajaran dan pembelajaran, kemahiran-kemahiran bermaksud
seseorang itu terlatih dan mempunyai pengalaman yang tinggi serta mendalam.
Dalam proses pengajaran dan pembelajaran kebolehan menguasai kemahiran tertentu
harus ditegaskan oleh guru, terutama kemahiran asas seperti menyelesaikan
masalah, kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif, kemahiran mendengar,
bertutur, kemahiran membaca dan menulis dan sebagainya. Apabila pelajar
menguasai kemahiran asas ini akan dapat membantu pelajar tersebut menguasai
bidang-bidang ilmu yang lain dengan lebih mudah
SEJARAH PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Sejarah
perkembangan Teknologi Pendidikan telah berlangsung dari waktu yang lama
sekali, banyak pendapat dan kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan
Teknologi Pendidikan, terutama yang berkaitan dengan perkembangan
instruksional. Untuk itu penulis mencoba sedikit menguraikan kembali sekelumit
hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan (
pengajaran dan intruksional ).
Sejarah perkembangan teknologi pendidikan menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan pola pikir tlah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari teknologi pendidikan . peserta didik dari teknologi pendidikan sepanjang tahun 1960 pada umumnya mengikuti salah satu dari dua jalur berikut yaitu pendekatan Audio Visual atau belajar terprogram yang masing masing telah dihubungkan dengan sejumlah kerangka konseptual, adopsi praktis dari kegitan mereka, pelatihan dan kepribadian mereka.
Sejarah perkembangan teknologi pendidikan menjadi sangat singkat jika dihitung bagaimana jabatan dan pola pikir tlah dibawa bersama sama untuk menciptakan bidang galian dari teknologi pendidikan . peserta didik dari teknologi pendidikan sepanjang tahun 1960 pada umumnya mengikuti salah satu dari dua jalur berikut yaitu pendekatan Audio Visual atau belajar terprogram yang masing masing telah dihubungkan dengan sejumlah kerangka konseptual, adopsi praktis dari kegitan mereka, pelatihan dan kepribadian mereka.
Bagaimana
gerakan terbentuknya teknologi pendidikan dimulai oleh salah satu pakar yaitu
Dr. James Finn, yang pada saat itu menjadi kepala devisi pendidikan audio
visual (DAVI), salah stu tulisan Finn yang terkenal adalah tentang Teknologi
dan Proses Pembelajaran. argument utamanya adalah bahwa dalam banyak bidang,
masyarakat Amerika Utara telah diubah oleh teknologi dan teknologi itu tak bisa
diacuhkan pengaruhnya terhadap pendidikan, cepat atau lambat.
Pada waktu itu
dua kecendrungan utama yang dapat membedakan tetapi mereka mengalirkan pada
arah kebalikan, yaitu : yang pertama adalah kecendrungan ke arah pembelajaran
teknologi masa , seperti dngan mencotohkan keunggulan televisi. Dan yang kedua
adalah kecendrungan ke arah individualisme.
Teknologi
Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori jabatan baru pada tahun
1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yan menajad dasar dari sebuah
pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan. Seperti psejaran perkembangan
Instruksional atau pengajaran. Disinni penulis akan menuliskan lebih lanjut
mengenai sejarag perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi
Instruksional, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka
membaginya ke dalama beberapa priode, di antaranya :
a. Periode 1932 – 1959Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science dan yang kedua behavior sicence.
Seattler
menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional
biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa,
seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk
menyajikan sekolompok materi instruksional., cirinya adalah bahwa konsep ini
memandang berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan
untu lebih memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan
individual siswa atau materi pelajaran.
Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
a. Periode 1960 – 1969.Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
Beberapa kejadian memberikan masukan terhadap prgeseran teoritis secara besar besaran berkenan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengjarkan science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral, karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah proses pembelajaran.
b. Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli pikologi yang mengsulakan hal tersebut, salah satunya Wittrock.menurutnya penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingungan , orang atau fktor eksternal lainnya.
c. Periode 1983 – muthakir.
Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang menganku para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi sumbangan terhadappemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :
A. Metode Kaum Sofi.
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik . mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas;
1. Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui teknologilah permbeelajaran dapat diarahkan secara efektif.
2. Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspk-aspek moral dan hukum.
3. Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4. Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5. Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam quadrivium dan trivium.
B. Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsfat, metode yang dipakan disebut dengan Maieutik atau menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri. Pelaksanaanny berlangung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.
C. Metode Abelard.
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelmpok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulka jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau tidak.
D. Metoda Lancaster
Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster, pemakaian media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.
E. Metoda Pestalozi.
Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula dari adanya pengamatan , dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya pengertian yang bari itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapt dikatakan bahwa perintisan ke arah peendayagunaan perangkat keras ata hardware sebenarnya telah dimulai pada masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak kotak yang di setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajri angka, bentuk, posisi dan warna disain.
F. Metoda Froebel.
Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya mengatakan bahwa pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk keseluruhan kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendikrikan Kindergarten atau yang lebih dikenal dengan Taman Kanak – kanak. Metoda pengajaran Kindergasten dari Froebel meliputi kegiatan berikuti :
a. Bermain dan bernyanyi
b. Membentuk dengan melakukan kegiatan.
c. Grift dan Occupation.
G. Metoda Friedrich Herbart.
Praktek pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar